Bursa Saham Asia Menguat; Inflasi AS Menjadi Fokus




Saham-saham Asia naik pada hari Kamis (12/10) karena pasar memperkirakan bahwa suku bunga AS telah mencapai puncaknya setelah pernyataan yang lebih dovish dari pejabat Federal Reserve.Sementara para pedagang menunggu laporan inflasi konsumen AS hari ini untuk mendapatkan petunjuk kebijakan moneter lebih lanjut.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,7% ke level tertinggi dalam tiga minggu. Nikkei Tokyo menguat 1,3% untuk hari ketiga berturut-turut, menjauh dari level terendah lima bulan yang dicapai minggu lalu.

Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 1,8%, didorong oleh lonjakan 3% pada saham perbankan setelah Central Huijin Investment, dana negara Tiongkok, meningkatkan kepemilikan saham di empat bank besar. Saham-saham unggulan (blue chips) Tiongkok naik 0,7%.

Semalam, Wall Street ditutup lebih tinggi setelah risalah Federal Reserve menunjukkan peningkatan rasa ketidakpastian terhadap perekonomian AS.Data yang fluktuatif dan pengetatan pasar keuangan menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan dan menyebabkan para pengambil kebijakan memperpanjang jeda suku bunga pada bulan lalu.

Sentimen yang meningkat baru-baru ini juga disebabkan oleh komentar dari pejabat Fed yang menyatakan bahwa suku bunga mungkin telah mencapai puncaknya, yang memicu penurunan imbal hasil USTreasury.

Gubernur Fed AS Christopher Waller pada hari Rabu mengatakan, suku bunga pasar yang lebih tinggi dapat membantu The Fed memperlambat inflasi, dan membiarkannya wait and see apakah suku bunga kebijakannya perlu dinaikkan lagi atau tidak.

Waller adalah salah satu pendukung paling vokal untuk suku bunga yang lebih tinggi untuk melawan inflasi.Komentarnyamenambah bobot pernyataan serupa minggu ini oleh Wakil Ketua Fed Philip Jefferson dan Presiden Fed Dallas Lorie Logan.

Dolar menetap di dekat level terendah dalam dua minggu. Tetapi yen masih berada di bawah tekanan pada 149,09 per dolar, hanya sedikit dari level 150 yang dapat memicu intervensi dari otoritas Jepang.

Dengan arah kebijakan The Fed yang sudah lama ditunggu-tunggu, para pedagang bersiap menghadapi laporan inflasi konsumen AS yang sangat penting hari ini. Taruhannya lebih tinggi karena laporan inflasi harga produsen yang dirilis kemarin, lebih panas dari perkiraan.

Para ekonom memperkirakan indeks harga konsumen (CPI) utama akan naik 0,3% pada bulan September dari bulan Agustus dan CPI inti terlihat stabil di 0,3%.

Alan Ruskin, kepala strategi internasional di Deutsche Bank AG, mengatakan kejutan kenaikan pada suku bunga inti sebesar 0,4% atau lebih akan membuat investor lengah, meskipun risiko geopolitik kemungkinan akan menghalangi pasar obligasi untuk diperdagangkan terlalu bearish karena data yang lebih kuat.

“Dampak yang lebih bertahan lama terhadap data kemungkinan akan datang dari angka inti sebesar 0,4% secara bulanan, yang berarti bahwa dua rilis data paling penting untuk bulan September (penggajian non-pertanian dan IHK) akan memberikan alasan bagi Fed tetap hawkish," kata Ruskin kepada Reuters.

Imbal hasil obligasi jangka panjang turun untuk sesi ketiga berturut-turut, juga diuntungkan oleh beberapa permintaan safe-haven dari konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah.

Imbal hasil US Treasury 10 tahun turun 3 basis poin menjadi 4,5623% pada hari Kamis, turun dari level tertinggi 16 tahun di 4,8870%.

Harga minyak melanjutkan penurunannya pada hari Kamis setelah produsen utama OPEC, Arab Saudi berjanji membantu menstabilkan pasar di tengah kekhawatiran gangguan pasokan akibat konflik antara Israel dan Palestina.

Harga minyak Brent berjangka turun 0,4% menjadi US$ 85,47 per barel, setelah turun 2% di sesi sebelumnya. Harga minyakmentah West Texas Intermediate AS turun 0,5% menjadi US$ 83,05 per barel, menyusul penurunan 2,9% pada hari Rabu.

Harga emas di pasar spot naik 0,2% menjadi $1,876.77 per ounce, tertinggi dalam dua minggu.


Sumber: kontan.co.id 

Komentar