Makin Gawat! Uang di Afghanistan Kini Mulai Langka

 


Jakarta
 - Afghanistan akan menghadapi permasalahan berat di bidang ekonomi. Banyak bank yang ditutup dan berpotensi kekurangan stok uang. Penyebab masalah itu adalah karena akan banyaknya penyetopan pengiriman uang yang dilakukan perusahaan dan anggota keluarga dari luar negeri ke Afghanistan. BEST PROFIT

Melansir The Guardian, Rabu (25/8/2021), banyak ATM di kota-kota di Afghanistan kosong. Bank-bank serta bursa keuangan utama Sarai Shahzada di Kabul masih ditutup. Negara ini tengah menghadapi serangkaian guncangan ekonomi sejak Taliban merebut kekuasaan seminggu yang lalu. BESTPROFIT

Afghanistan juga tidak memiliki akses ke cadangan bank sentral yang dibekukan dan disimpan di AS. Jumlahnya sebesar US$ 9 miliar. Dana cadangan itu dibekukan karena runtuhnya pemerintahan sebelumnya. PT BESTPROFIT

Akibatnya kini rakyat Afghanistan sudah dihadapkan dengan kenaikan harga barang-barang pokok sebagai. Nilai mata uangnya, afghani, telah merusot dalam bahkan ketika mereka mulai kehabisan uang tunai. BESTPROFIT FUTURES

Gaji untuk pegawai pemerintahan juga tidak dibayar. Meskipun kebanyakan dari mereka bersembunyi sejak Taliban menguasai. Sementara antrian mengular di bank, masyarakat berbondong-bondong menarik tabungan mereka. Para ahli pun memperingatkan risiko hiperinflasi dan meningkatnya kesulitan di negara yang sudah miskin itu.


Graeme Smith, seorang peneliti di Overseas Development Institute, mengatakan Afghanistan telah dipertahankan oleh sokongan penuh dolar AS yang mendarat di Kabul secara rutin, bahkan kadang-kadang setiap minggu.Di antara mereka yang memperingatkan risiko melonjaknya inflasi adalah Ajmal Ahmady, mantan bankir bank sentral negara itu, yang melarikan diri pekan lalu. Dia memperkirakan bahwa inflasi bisa segera mencapai dua digit.

"Jika Taliban tidak segera mendapatkan suntikan uang tunai untuk membela Afghanistan, saya pikir ada risiko nyata dari devaluasi mata uang yang membuat sulit untuk membeli roti di jalan-jalan Kabul untuk orang-orang biasa," ucapnya.

"Aliran dolar ke negara itu melalui bantuan asing dan pengiriman uang swasta tampaknya sebagian besar telah berhenti. Orang yang menyimpan tabungan dalam bentuk mata uang lokal, afghani, akan buru-buru menukarkannya dengan dolar. Jika mereka tidak dapat menemukan dolar, mereka akan mencoba menukar afghani mereka dengan barang. Harga akan meningkat lebih jauh," tambahnya.

Justin Sandefur, seorang rekan senior di Center for Global Development, mengatakan kepada New York Times dalam jangka pendek kondisi ini berpotensi menjadi bencana besar. Anda sedang melihat kemungkinan runtuhnya mata uang dan krisis keuangan yang dapat menimbulkan rasa sakit yang nyata.

Keputusan Western Union dan MoneyGram minggu lalu untuk menangguhkan layanan mereka juga diperkirakan memiliki dampak negatif. Apalagi Afghanistan merupakan negara yang paling bergantung pada pengiriman uang oleh anggota keluarganya dari luar negeri.

Menurut Bank Dunia, remitansi menyumbang 4% dari PDB Afghanistan atau $800 juta per tahun.

Mengumumkan langkah itu minggu lalu, Western Union mengakui dampak penangguhan itu. "Kami menyadari bahwa layanan kami menyediakan saluran penting bagi pelanggan kami untuk mendukung orang yang mereka cintai, dan kami akan terus memantau situasi yang berkembang pesat ini dan membuat pelanggan dan rekanan kami mengetahui perkembangan apa pun," katanya.

Kekurangan uang tunai cenderung memiliki implikasi luas kecuali Taliban dapat menemukan cara untuk membuat ekonomi Afghanistan bekerja kembali.

Laporan telah muncul tentang warga Afghanistan di kota-kota yang tidak dapat memenuhi pembayaran sewa sementara beberapa mengeluh karena tidak dapat menemukan makanan dan bahan bakar.

sumber detik

Komentar